Friday, October 12, 2012
Thursday, October 11, 2012
Hamba Bersua
Kegoyahan terus membuncah semakin bergelora..
Bak ombak meninggi puluhan meter.
Ditemani gentarnya bumi bersama badai topan..
Begitu lemah berpuing-puing jika sebuah kota nan jaya dihadapkan pada tragedi misteri alam..
Bak ombak meninggi puluhan meter.
Ditemani gentarnya bumi bersama badai topan..
Begitu lemah berpuing-puing jika sebuah kota nan jaya dihadapkan pada tragedi misteri alam..
Runtuh seketika bagaikan istana pasir
berjumpa air laut tepi pantai..
Begitu gaduh hati tak kunjung tenang ..
Semakin riuh oleh berbagai tanya tanpa jawab..
Seperti ribuan serangga yang bernyanyi nyaring tanpa mengalunkan kunci nada..
Begitu gaduh hati tak kunjung tenang ..
Semakin riuh oleh berbagai tanya tanpa jawab..
Seperti ribuan serangga yang bernyanyi nyaring tanpa mengalunkan kunci nada..
Namun, dalam kasat mata hanya seperti
kumpulan serangga yang sedang mengisi perut..
Sama seperti rasa yang sedang dititipkan ini..
Jika dari luar tampak hanya senyum kepalsuan dan tatapan mencari-cari penjelasan..
Dan mencoba memungkiri untuk tidak lemah..
Sama seperti rasa yang sedang dititipkan ini..
Jika dari luar tampak hanya senyum kepalsuan dan tatapan mencari-cari penjelasan..
Dan mencoba memungkiri untuk tidak lemah..
Ketika raga, jiwa dan akal berpadu erat
pada sebuah harapan kecil..
Hati tergugah, memimpin ketiganya menuju ketakwaan..
Iman terpanggil, menuntun ketiganya mengingat sesuatu sebuah nama..
Itu ALLAH SWT...
Hati tergugah, memimpin ketiganya menuju ketakwaan..
Iman terpanggil, menuntun ketiganya mengingat sesuatu sebuah nama..
Itu ALLAH SWT...
Jiwa yang sadar, mendorong akal
berpikir hingga menggerakkan raga..
Mendirikan shalat dengan khusyuk..
Melaksanakan sujud dengan tawadu’..
Bersama kegaduhan itu bibir berucap lirih memejamkan mata mengadukan titipan-Mu..
Mendirikan shalat dengan khusyuk..
Melaksanakan sujud dengan tawadu’..
Bersama kegaduhan itu bibir berucap lirih memejamkan mata mengadukan titipan-Mu..
Memohon petunjuk, penjelasan atas
ketidaktahuan tanya hatinya yang tak bertepi..
Airmata berurai kian deras membanjiri kelopak mata..
Dalam sujudnya terus mencari kedamaian dari asma-Mu bersama tasbih..
Mengharap Pencerahan..
Airmata berurai kian deras membanjiri kelopak mata..
Dalam sujudnya terus mencari kedamaian dari asma-Mu bersama tasbih..
Mengharap Pencerahan..
03 Juni 2011
Monday, October 1, 2012
Ku Temui Bulan
Semua cepat berlalu...
Dengan ungkapan suka mengukir...
Berlarian lugas menelisik setiap malam...
Menyelip-nyelip membanggakan diri layaknya penguasa malam...
Sejenak kenikmatan cahaya kan menjadikan sebuah binaran dari hati...
Ketika ruhiyah bersinar bersama bulan...
Ketika pasang mata terpikat oleh keelokannya...
Lagi-lagi...
Kau sedang jatuh cinta padanya...
Mengulang kembali kisah atas fitrah kekaguman...
Mengurai bait-bait indah demi pengungkapan...
Hingga buliran air mata pun jua ingin merasakannya...
Keluar dari kelopak lalu bertatap dengan cahaya bulan di atas...
Tengoklah selalu akan ada kisah...
Dari setiap bulan yang menempatkan diri dimanapun...
Tak kan pernah padam, pencahayaan mewarnai gulita langit...
Dan disini...
Ku temui kisah...
Sekelompok insan-insan mulia...
Yang mengukir prestasi...
Mengukir amal...
Mengukir nama sebagai jundi-Nya...
Aku bersama Sekolah Peradaban, bersaksi di hadapan cahaya bulan...
Mnegukir persaudaraan baru dalam lingkaran bulan malam...
Dan kita disini untuk memancarkan cahaya seterang bulan...
Yakni CAHAYA PERADABAN...
ahad, 30 september 2012
03:25
@wisma sejahtera - Sekolah Peradaban BEM ITS 2012
Dengan ungkapan suka mengukir...
Berlarian lugas menelisik setiap malam...
Menyelip-nyelip membanggakan diri layaknya penguasa malam...
Sejenak kenikmatan cahaya kan menjadikan sebuah binaran dari hati...
Ketika ruhiyah bersinar bersama bulan...
Ketika pasang mata terpikat oleh keelokannya...
Lagi-lagi...
Kau sedang jatuh cinta padanya...
Mengulang kembali kisah atas fitrah kekaguman...
Mengurai bait-bait indah demi pengungkapan...
Hingga buliran air mata pun jua ingin merasakannya...
Keluar dari kelopak lalu bertatap dengan cahaya bulan di atas...
Tengoklah selalu akan ada kisah...
Dari setiap bulan yang menempatkan diri dimanapun...
Tak kan pernah padam, pencahayaan mewarnai gulita langit...
Dan disini...
Ku temui kisah...
Sekelompok insan-insan mulia...
Yang mengukir prestasi...
Mengukir amal...
Mengukir nama sebagai jundi-Nya...
Aku bersama Sekolah Peradaban, bersaksi di hadapan cahaya bulan...
Mnegukir persaudaraan baru dalam lingkaran bulan malam...
Dan kita disini untuk memancarkan cahaya seterang bulan...
Yakni CAHAYA PERADABAN...
ahad, 30 september 2012
03:25
@wisma sejahtera - Sekolah Peradaban BEM ITS 2012
Tuesday, May 22, 2012
Jendela UNTAG
Lampu - lampu kuning ,
seperti bubuk peri yang kemilau menerangi malam ...
Dari tingkat ini ,
ku biarkan angin malam yang jahat membelai - belai tubuh berkeringat ini ...|
Dari kotakan ini ,
aku bisa meletakkan keingininanku menikmati keindahan kota sendirian ...
Ditemani senandung - senandung simphony religi ,
dan sembur orange langit yang tengah mendung ...
Harapku menikmatinya bersama sang terkasih, mereka ...
Mereka yang berharga dalam hidupku ...
Memilah - milah awan tuk mengumpulkan bintang harapan ...
Bercengkrama dengan keagungan-Nya juga ukhuwah ...
Pikirku terpikat oleh kota malam yang ku impikan ,
walau tak seindah bayangan ...
walau ku nikmati sendiri ...
namun, ku rasa syukur atas kesempatan ini ...
Khan ku habiskan kenikmatan ini malam ini juga ...
seperti bubuk peri yang kemilau menerangi malam ...
Dari tingkat ini ,
ku biarkan angin malam yang jahat membelai - belai tubuh berkeringat ini ...|
Dari kotakan ini ,
aku bisa meletakkan keingininanku menikmati keindahan kota sendirian ...
Ditemani senandung - senandung simphony religi ,
dan sembur orange langit yang tengah mendung ...
Harapku menikmatinya bersama sang terkasih, mereka ...
Mereka yang berharga dalam hidupku ...
Memilah - milah awan tuk mengumpulkan bintang harapan ...
Bercengkrama dengan keagungan-Nya juga ukhuwah ...
Pikirku terpikat oleh kota malam yang ku impikan ,
walau tak seindah bayangan ...
walau ku nikmati sendiri ...
namun, ku rasa syukur atas kesempatan ini ...
Khan ku habiskan kenikmatan ini malam ini juga ...
Tuesday, May 8, 2012
Sangkaan Nyata
Berjalan pincang kaki - kaki mungil di atas sengat aspal keacuhan ...
Bernafas sesak paru - paru jalanan oleh asap kesoombongan ...
Berpandang buta mata - mata impian oleh ranai duniawi ...
Bernafas sesak paru - paru jalanan oleh asap kesoombongan ...
Berpandang buta mata - mata impian oleh ranai duniawi ...
Berpakaian lusuh mereka oleh usangnya kebijaksanaan ...
Balai pemerintahan membumbung ,
mengalahkan awan ...
menjulangkan kursi jabatan ...
memegahkan kursi kemewahan ...
mempropagandakan kebohongan sengit ...
Aliran kenistaan mengucur di sepanjang jalanan ibu kota ...
Tenaga kesia - siaan tegap berdiri di sekeliling ranah kemerdekaan ...
Masyarakat berlindung dibawah kehancuran politik yang lalai ...
Masyarakat menipang di pundak - pundak kealphaan ...
Sampai mereka sadar pada masyarakat ...
Yang mengharapkan pemimpin ...
Yang mampu membangun masyarakat THOYIBAH ...
Saturday, April 28, 2012
Katakan Bangsaku ?
Katakan jika semua itu indah...
Lalu akan ku telan mentah-mentah bagaimana sebuah kata itu terucap indah di atas realitas kesengsaraan..
Katakan jika semua itu bahagia yang sederhana..
Lalu akan ku rebut kebahagiaan itu jika memang rasa itu tercurah di bawah kaki pejuang jalanan..
Katakan jika semua itu kemenangan yang memerdekakan...
Lalu akan aku yang menjadi pemimpinnya jika memang rakyat bisa menatap langit impian...
Tapi, bagai aku bercongkak pada diriku sendiri..
Sedang mereka tawarkan drama kehidupan yang beriris luka kepada dunia..
Radikal nyata dari mereka terasa hanya pemandangan dan ukiran batin..
Pelaku - pelaku asing yang berdatangan memeluk mereka dengan buaian busuk..
Semakin rapinya mereka menenggelamkan rakyat dengan penyempitan papan..
Janji - janji lisan yang cantik menusuk di pangankan pada kesungguhan pemilihan rakyat...
Potret kebangsaanku adalah makanan pelaku asing yang nyata menjamah kekayaan bangsaku...
Usik perasaan risau berkelut sedalam samudera...
Air mata kenyataan menjadi kebiisuan kerusakan bangsaku...
Enggan sudah rakyat melihat ke atas , percaya kepada mereka..
Adalah kesalahan kesekian yang lantas semakin merendahkan rakyat tertidur dengan wabah kemiskinan...
Teruskan saja tujuan memperkaya diri...
Sampai rakyat benar - benar mati dalam pandangan durja kekecewaan..
Sampai mereka kembali mencari rakyat bangsa tuk dipermainkan...
Mereka bagai merasa Tuhan yang menghidupakan dan mematikan rakyat dengan usung - usung lidah
berkilat...
Nafas terlanjur letih berdesah asa menghilang
Bangsaku terpelihara dalam kesakitan yang berkepanjangan..
Friday, March 16, 2012
Pengamen Malam
Terdengar riuh suara
pengamen remaja yang bernyanyi ria bersama ketiga temannya dengan alat music
yang mereka gunakan masing-masing. Suara gendang, gitar, kentrung (gitar
kecil), dan juga ecek-ecek. Dengan wajah-wajah legam ada yang tertutup oleh
topi namun ada juga yang tertutup oleh rambut atau ponni panjang yang mereka
sengaja untuk di panjangkan. Namun ditengah-tengah wajah-wajah yang legam itu
tampak salah satu dari mereka, pengamen remaja itu memiliki mata yang lebar dan
bulat. Seperti hanya matanya saja yang terlihat bersorot, dengan segala
keberanian aku berjalan mendekati mereka dengan tangan kanan ku yang hanya
menggenggam erat uang koin silver Rp500,-. Aku tak berlama melihat mata yang
berbeda itu, hanya sekilas saja dan segera ku alihkan penglihatan ku menuju 2
tangan dari 2 orang pengamen itu yang bersamaan menyogohkan tangannya kepadaku
namun kepada salah satu tangan itu aku letakkan uang koin itu. Dan ketika aku
berbalik untuk kembali masuk ke rumah salah satu dari pengamen itu menyebut
nama di punggung baju ku , “SONYA”. Sangat jelas ia memanggil ku, dan aku tak
berani untuk menoleh kepala berbalik melihat siapa yang telah membaca nama di
baju ku.
Jika ku ingat kembali
raut wajah mereka, ketika aku memberikan mereka hanya uang koin, Nampak wajah
mereka yang kecewa. Bagaimana tidak, mereka telah ramai bernyanyi dengan alat
music masing-masing, tiba-tiba hanya di bayar dengan dengan uang koin.
Mereka yang mungkin
empat sekawan yang tak sengaja terlahir dan bertemu di tengah kehidupan ekonomi
serba kekurangan, mereka yang mungkin sudah berjalan keliling komplek di
perumahan ini, mereka yang mungkin sudah mengamen dari bis kota satu ke bis
kota lainnya, mereka yang mungkin pakaiannya sudah pekat oleh keringat karena
terik dan panasnya cuaca jalanan kota. Hingga mungkin perut mereka yang hanya
di labuhkan pada warung-warung kecil pinggir jalan dengan membeli sedikit
makanan dan air untuk sedikit membasahi kerongkonan dan mengganjal perut
mereka. Lalu mereka yang mungkin beristirahat di bawah rindang pepohonan kota
sambil menuangkan isi gelas aqua bekas dan bersama-sama menghitung rejeki yang
telah mereka dapat. Merasa masih kurang mereka lanjuti menyusuri hari demi hari
dengan bernyanyi di tempat-tempat umum.
Tapi, apa yang mereka
pikirkan ??? “Hmm.. pengamen lagi”. Mereka yang mempunyai pekerjaan tetap dan
merasa mampu berkehidupan lebih baik ketimbang pengamen jalan itu, sama sekali
tidak peduli pada mereka. Dan mengannggap pengamen sebagai wabah yang
merugikan, hingga orang-orang mampu itu hanya memberikan raut wajah acuh, tak
memberi respon yang baik. Seperti menganggap pengamen itu tidak pernah ada dan
tidak pernah bernyanyi di depan mereka. Namun, para pengamen tetap tersenyum
dengan nada yang ramah, dengan selalu dibuka oleh perkataan pembuka sebelum
mereka mengamen layaknya seperti orang akan berpidato lalu juga di akhiri
dengan perkataan penutup dengan baik pula. Sampai seperti itu para pengamen
menghormati orang-orang yang lebih mampu dan menyadari diri mereka sendiri yang
tergolong orang tak mampu maka penghormatan dan kesopanan yang mereka suguhkan
untuk orang-orang mampu. Sungguh sangat disayangkan orang-orang mampu itu tidak
pernah menyadari akan sikap perilaku yang selama ini para pengamen lakukan.
Berbagai kejahatan mental
dan fisik telah sering mereka rasakan, dan semua itulah yang membuat mereka
tetap bertahan menapaki hari-hari kehidupan ini demi membasahi kerongkongan
mereka, demi mengisi perut kosong mereka, demi memberikan penghidupan untuk
keluarga mereka.
Apa Dari Penguraian CINTA ??
Beberapa helai rambut menyibak bulu mataku …
Kendur dari ikatan oleh angin mendung yang memaksa …
Lalu barisan gerimis turun memercikan dedaunan dan tanah …
Dari langit yang memudar mengubah putih menjadi kelabu …
Redup dari cahaya, remang oleh awan …
Kendur dari ikatan oleh angin mendung yang memaksa …
Lalu barisan gerimis turun memercikan dedaunan dan tanah …
Dari langit yang memudar mengubah putih menjadi kelabu …
Redup dari cahaya, remang oleh awan …
Lalu apakah itu menjadikanku puisi kosong bertulis
bayangan ??? …
Yang pikiran, hati dan tanganku tergesa-gesa mengisi kertas putih oleh kebimbangan…
Pelupuk mataku penuh berendam air asin mata, semakin perih tak terusap …
Sedang batiniyah terusik risau karena rasa yang bertuan tanda tanya …
Jemari berakhir keluh namun akal berujung semi …
Yang pikiran, hati dan tanganku tergesa-gesa mengisi kertas putih oleh kebimbangan…
Pelupuk mataku penuh berendam air asin mata, semakin perih tak terusap …
Sedang batiniyah terusik risau karena rasa yang bertuan tanda tanya …
Jemari berakhir keluh namun akal berujung semi …
Suasana beralih memutar pertanyaan …
Menerbangkan jawaban tak teraih …
Itukah gundah gulana langit hatiku ??? …
Dilambungkan oleh ungkapan yang bertuju tak menentu …
Lalu bertemu pada nama cinta yang sia-sia …
Menerbangkan jawaban tak teraih …
Itukah gundah gulana langit hatiku ??? …
Dilambungkan oleh ungkapan yang bertuju tak menentu …
Lalu bertemu pada nama cinta yang sia-sia …
Yang mengartikan …
Sianya aku meluangkan duniaku …
Membiarkan langit-langitku …
Untuk sibuk terisi seribu pikiran memecahkan arti …
Apa dari penguraian Cinta ??? …
Sianya aku meluangkan duniaku …
Membiarkan langit-langitku …
Untuk sibuk terisi seribu pikiran memecahkan arti …
Apa dari penguraian Cinta ??? …
Friday, March 9, 2012
Rekat Dekat
Berbenih permulaan menjadikan akhiran …
Awal persinggahan di atas pertemuan berjanjikan
ketulusan …
Beralas kepercayaan bersama …
Menjadikan kita sebuah nama yang asumsi …
Sahabat untuk kita , daku dan dirimu …
Bukan oleh ikatan bukan oleh pujian …
Kita bersama tulus menjalani …
Apapun menjadi pengubahan tingkat derajat kekokohan
persahabatan kita …
Sungguh tak pernah kita menjadi sia-sia …
Oleh kesalahan masing-masing yang dihadapkan pada
kedewasaan …
Kita , daku dan dirimu rekat dekat dengan izin-Nya …
Persahabatan bersemi persaudaraan Islam yang
mengilhami semakin bermaknanya…
Persahabatan daku dan dirimu …
Jabatan Cinta
Apakah bunga berawal
dari kuncup ?
Sedang dia bertumbuh menembus tanah dari sebuah bibit …
Bersemi dengan semangat tuk mewarnai dunia …
Rebak wanginya mengharumkan taman kehidupan …
Sedang dia bertumbuh menembus tanah dari sebuah bibit …
Bersemi dengan semangat tuk mewarnai dunia …
Rebak wanginya mengharumkan taman kehidupan …
Seperti apa daku merapat
dalam nafas persahabatan …
Sedang aku diperkenalkan oleh pertemuan …
Yang menyatukan cerita dan membagi telinga …
Sedang aku diperkenalkan oleh pertemuan …
Yang menyatukan cerita dan membagi telinga …
Seerat apakah daku
bermula berjabat dengan tangan persahabatan …
Bersama waktu menglilingi kami berjalan memahami masing-masing …
Dan ketika kesatuan makna tak sengaja berpeluk …
Bersama waktu menglilingi kami berjalan memahami masing-masing …
Dan ketika kesatuan makna tak sengaja berpeluk …
Hadirlah pertanyaan …
Pertemuan jabatan sahabat lepas oleh tangan yang lain …
Tangan merah yang berarti Cinta …
Nirwana langit bersemi mengubah catatan hati …
Jabatan sahabatku berputar beralih melainkan tarikat cinta yang berderai …
Pertemuan jabatan sahabat lepas oleh tangan yang lain …
Tangan merah yang berarti Cinta …
Nirwana langit bersemi mengubah catatan hati …
Jabatan sahabatku berputar beralih melainkan tarikat cinta yang berderai …
Monday, March 5, 2012
Bahagia
Bahagia bukanlah sebuah konsep …
Sedang konsep bermaknakan pengaturan …
Bahagia juga bukanlah sebuah materi …
Sedang materi adalah rupa benda …
Melainkan bahagia …
Adalah sebuah ketulusan jiwa yang menerima
kehadirannya …
Melainkan bahagia …
Adalah perjuangan menempuh dunia bercita akhirat …
Melainkan bahagia …
Adalah penghargaan rezeki terbesar dari-Nya …
Kertas-kertas putih sesak karna pena yang
berkejaran menulis ..
Menumpahkan eloknya senyum jiwa berbahagia …
Jalanan riuh oleh tawa pencipta kebahagiaan …
Beratap do’a , berhamburan harap , berpeluk Ridho
Sang Illahi …
Bahagia mengisi jiwa-jiwa Khalifah Fil Ardh …
Subscribe to:
Posts (Atom)